Membangun Budaya Positif di Sekolah
Oleh :
Tri Kurnia Septiani, M.TPd
Calon Guru Penggerak Rekognisi
Angkatan 10 Sumatera Utara
Membangun budaya positif di sekolah tidak dapat berhasil jika dilakukan hanya oleh satu orang guru, akan tetapi harus ada kolaborasi yang harmonis antara seluruh elemen yang ada di sekolah. Manajemen sekolah,Visi sekolah, Kolaborasi antar , stakeholder (KS, guru, komite, wali murid, dan peserta didik).
Setelah mempelajari Modul 1 mulai dari Modul 1.1 tentang Pemikiran KHD, Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 tentang Budaya Positif saya semakin menyadari bahwasanya kita memiliki peran yang sangat penting, kita diharapkan nantinya akan bisa menjadi seorang pemimpin pembelajaran di ekosistem sekolah masing-masing dengan mengajak warga sekolah untuk berkolaborasi untuk menciptakan pendidikan yang berpihak kepada anak dengan langkah awal adalah dengan menciptakan visi yang jelas. Setelah itu prakarsa perubahan kita susun dengan menggunakan langkah BAGJA yang berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila. Langkah BAGJA pada prakarsa perubahan diharapkan mampu menciptakan budaya positif untuk ekosistem pendidikan khususnya untuk murid-murid.
Di sekolah saya berperan aktif dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak dengan membentuk komunitas praktisi di sekolah. Tentunya dukungan awal berasal dari Kepala sekolah serta rekan sejawat yang ada di sekolah.
Membuat keyakinan kelas pada awal pembelajaran. Ini sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka belajar dan sesuai dengan nilai Guru Penggerak yang saya miliki adalah berpihak pada murid. Saya juga sudah berbagi ilmu dan diskusi dengan rekan sejawat terkait keyakinan kelas beserta dengan nilai-nilai kebajikan, harapan saya mereka juga bisa menerapkannya dalam pembelajaran.
Menerapkan disiplin positif, dengan menanamkan motivasi intrinsik bahwa mereka melakukan disiplin positif bukan karena takut dihukum atau untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain tapi apa yang mereka kerjakan untuk menghargai dirinya sendiri dan orang lain berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang telah mereka yakini.
Posisi kontrol saya pada setiap masalah murid adalah manager, saya berusaha berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep pemikiran KHD bahwa salah satu tugas guru adalah untuk memfasilitasi murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.
Bila terjadi permasalahan murid yang berlanjut saya akan mengadakan segitiga restitusi, yang terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas, supaya murid mempunyai rasa percaya diri setelah melakukan kesalahan, validasi tindakan yang salah, supaya murid dapat mengungkapkan tujuan tindakan yang sudah dilakukan dan dapat mengambil solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya, kemudian tahap yang ketiga adalah menanyakan keyakinan kelas, supaya murid mengingat kembali keyakinan kelas dan berjanji untuk selalu melaksanakan keyakinan kelas tersebut. Hal ini sesuai dengan filosofi KHD tentang merdeka belajar, kemudian sesuai dengan nilai Guru Penggerak berpihak pada murid, dan refleksi, serta sesuai dengan peran Guru Penggerak sebagai Pemimpin pembelajaran, dan tentunya mencapai visi Guru penggerak yaitu merdeka belajar.
B. PEMAHAMAN REFLEKSI
1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep – konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal – hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman dan nyaman agar murid – murid mampu berpikir, bertindak dan mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Adapun konsep – konsep inti yang saya pelajari dari modul ini tentang:
a. Disiplin positif
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa untuk mencapai merdeka belajar/murid yang merdeka, syarat utamanya adalah disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri yang memiliki motivasi internal.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak – anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai – nilai kebijakan universal dan memiliki motivasi intrinsik bukan ekstrinsik.
b. Posisi kontrol guru;
Ada 5 posisi kontrol guru, yaitu posisi sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer.
Posisi kontrol sebagai penghukum, biasanya guru menggunakan hukuman fisik/verbal saat melihat anak muridnya melakukan kesalahan.
Posisi pembuat orang merasa bersalah. Biasanya guru akan bersuara lebih lembut, menggunakan keheningan yang membuat murid merasa tidak nyaman, bersalah/ rendah diri. Hal ini bisa berdampak pada psikologis murid, di mana ia akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang dirinya bahkan mungkin merasa tidak berharga karena telah mengecewakan.
Pada posisi teman, guru tidak akan menyakiti murid namun berupaya mengontrol murid melalui persuasi (ajakan). Guru akan menggunakan hubungan baik dan humor untuk memengaruhi murid. Namun perilaku ini dapat membuat murid bergantung pada guru tersebut.
Posisi pemantau/monitor, biasanya guru mengandalkan perhitungan ataupun data dan catatan berdasarkan peraturan dan konsekuensi dalam mengawasi dan bertanggung jawab atas perilaku muridnya.
Posisi manajer, tugas dari guru yang memosisikan dirinya sebagai manajer bukan untuk mengatur perilaku sesorang tapi membimbing murid untuk mengatur dirinya sendiri. Murid dipersilakan untuk bertanggung jawab atas perilakunya dan mendukung murid menemukan solusi. Selanjutnya murid diajak menganalisis kebutuhan orang lain untuk kemudian berkolaborasi dengan murid untuk memperbaiki kesalahan.
c. Kebutuhan Dasar Manusia;
Terdapat 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu: kebutuhan bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuatan (power).
- Kebutuhan bertahan hidup; kebutuhan yang bersifat fisiologis seperti kesehatan, rumah, makanan, seks dan perasaan aman.
- Kebutuhan cinta dan kasih sayang; kebutuhan untuk diterima. Seperti hubungan akan koneksi sosial, menjadi bagian dari suatu kelompok dan keinginan untuk terhubung dengan orang lain misalnya teman, keluarga, pasangan dan lain sebagainya.
- Kebutuhan kebebasan; kebutuhan akan pilihan, seperti butuh akan kemandirian, otonimi dan memiliki pilihan serta mampu mengendalikan arah hidup seseorang.
- Kebutuhan kesenangan; kebutuhan akan kesenangan, bermain, tertawa dan menikmati apa yang dilakukan.
d. Keyakinan kelas
Keyakinan kelas adalah nilai – nilai kebajikan/prinsip – prinsip universal yang disepakati bersama secara universal lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.
e. Segitiga restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi murid untuk memperbaiki kesalahannya, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. (Gossen, 2004). Restitusi membantu murid memiliki tujuan, disiplin positif dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah.
Adapun segitiga restitusi adalah tiga tahapan saat guru hendak melakukan restitusi, yakni: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.
2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan konsep – konsep inti tersebut dalam menciptakan budaya positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda!
Saat ini saya sedang menjalankan program ‘Sabtu Positif’ di mana pada hari itu setiap anak melakukan kegiatan – kegiatan positif baik bagi dirinya, keluarganya ataupun lingkungannya. Sebenarnya mungkin mereka sudah terbiasa dengan kegiatan tesebut. Di sini saya hanya mencoba menguatkan perilaku baik mereka dengan harapan agar kegiatan tersebut menjadi pembiasaan dalam diri murid.
3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkan Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalah murid Anda? Jika iya, ada di posisi manakah Anda? Anda boleh menceritakan situasinya dan posisi Anda saat itu.
Saya pernah melakukan segitiga restitusi, di mana posisi saya saat itu adalah sebagai pemantau/monitor. Kejadiannya ketika dua anak murid laki – laki saya berkelahi. Saat itu salah satu dar mereka menangis. Saya kemudian memanggil keduanya dan meminta keduanya menceritakan kronologis kejadian secara bergantian. Setelah mendengar kronologi kejadian saya bertanya kepada keduanya tentang keyakinan kelas yang sudah disepakati serta konsekuensi apa yang harus diterima bila melanggar.
4. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul ini, cara berpikir saya perlahan berubah. Bahwa sebagai guru kita harus mengidentifikasi kebutuhan dasar apa yang diinginkan oleh setiap murid. Selain itu posisi kontrol yang selama ini dilakukan seorang guru pada dasarnya harus menuju pada posisi manajer. Hal ini agar merdeka belajar dan murid yang merdeka dapat tercipta di sekolah.
5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
Sangat penting sekali memelajari modul ini, karena di dalamnya dibahas mengenai berbagai konsep yang dilihat dari sisi psikologis seorang murid. Tentunya hal ini sangat penting bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
Mencoba menerapkan konsep – konsep baik yang sudah dipelajari dalam modul ini sebagai upaya untuk menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah.
7. Selain konsep – konsep tersebut, adakah hal – hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Menurut saya hal penting yang bisa dilakukan untuk menciptakan budaya positif di lingkungan kelas ataupun sekolah adalah sikap saling menghargai antar warga sekolah. Baik itu murid dengan murid, murid dengan guru, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah ataupun kepala sekolah dengan murid
8. Langkah – langkah awal apa yang akan Anda lakukan jika kembali ke sekolah/kelas Anda setelah mengikuti sesi ini?
Hal pertama yang akan saya lakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan dasar setiap murid. Selanjutnya membuat keyakinan kelas dalam upaya mendorong disiplin positif pada diri murid. Kemudian saya akan mencoba memosisikan diri saya pada posisi kontrol sebagai manajer. Dan pada saat murid melakukan kesalahan saya akan menerapkan restitusi sebagai proses kolaboratif dengan murid bagaimana ia mencari solusi untuk masalah dan membantunya berpikir tentang seperti apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka harus memerlakukan orang lain.