Matematika merupakan proses kemampuan-kemampuan
yang membantu anak sejak dini dengan kehidupan atau lingkungan di sekitar
mereka, secara alamiah anak memperoleh kemampuan-kemampuan ini secara bertahap
bahkan sampai bertahun-tahun untuk membangun pengetahuan dasar mereka, setiap
anak memiliki perkembangan dan tahapan yang berbeda-beda sesuai dengan
tingkatannya sebelum naik ke tingkat yang labih mahir, bahkan di antara mereka
merupakan pemecah masalah yang hebat.
Belajar matematika terjadi alami seperti anak
bermain. Anak usia dini menemukan, menguji serta menerapkan konsep matematika
secara alami hampir setiap hari dalam hal yang mereka lakukan. Kegiatan belajar
matematika secara sederhana terjadi dalam kehidupan sehari- hari anak, seperti
saat orang tua menghitung bersama anaknya yang berumur empat tahun untuk
mengetahui berapa balok yang digunakan untuk membangun jembatan.
Anak-anak usia dini juga melakukan kegiatan bermain
matematika, seperti saat mereka sedang mendiskusikan cangkir siapa yang lebih
besar atau ember mana yang memuat pasir lebih banyak. Mereka juga mengembangkan keahlian untuk
menyelesaikan masalah dengan bekerja melalui pemecahan masalah di waktu
bermain.
Kata "matematika" berasal dari kata
(mathema) dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai "sains, ilmu
pengetahuan, atau belajar" juga (mathematikos) yang diartikan sebagai
"suka belajar" (Wikipedia Encyclopedia).
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
(1991, h. 637) matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan
mengenai bilangan. Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri (1982, h. 191)
matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan
yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial, baru
memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya, tanpa itu matematika hanya
sebuah kumpulan rumus-rumus yang mati. Pusat Penelitian, Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Matematika Depdiknas
merumuskan bahwa matematika merupakan buah pikiran manusia yang kebenarannya
bersifat umum atau deduktif dan tidak tergantung dengan metode ilmiah yang
memuat proses induktif. Kebenaran matematika bersifat koheren, artinya
didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang telah diterima sebelumnya. Kebenaran
matematika bersifat universal sesuai dengan semestanya.
Matematika memiliki kelebihan dibandingkan dengan
bahasa verbal. Matematika mampu mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan
kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sebagai contoh secara
bahasa verbal kita dapat mengatakan bahwa gajah lebih besar daripada semut,
namun jika kita ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan
semut kita akan kesulitan dalam mengemukakan hubungan tersebut. Disinilah
matematika berperan dalam mengembangkan konsep pengukuran dari kualitatif
menuju kepada kuantitatif yang lebih bersifat eksak, tepat, dan cermat.
Konsep matematika modern sekarang ini tidak lagi
hanya pada konsep bilangan, tetapi labih berkaitan dengan konsep-konsep abstrak
di mana suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan atas alasan logis
dengan menggunakan pembuktian deduktif. Matematika sebagai ilmu mengenai
struktur dan hubungan-hubungannya memerlukan simbol- simbol untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan (Paimin,
1998).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika adalah sesuatu yang
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hirarkis melalui penalaran yang bersifat deduktif. Sedangkkan permainan
matematika adalah kegiatan belajar konsep matematika melalui aktivitas bermain
dalam kehidupan sehari-hari.